Sabtu, 26 Januari 2013

Hindarai Bakat Instan



Yayah Hidayah MPsi

Akhir-akhir ini, kita tengah dicekoki banyaknya ajang pencarian bakat ala “idol-idol”an maupun lomba-lomba. Dari lomba menyanyi, pemilihan bintang, dan sebagainya. Proses instan pencarian bakat-bakat segar industri musik dan hiburan di tanah air ini, sering mengesampingkan dampak dari pola yang serba instan itu.

Dengan acara seperti ini, remaja dan anak-anak akan semakin banyak yang bercita-cita menjadi penyanyi dan bintang sinetron. Mereka berpikir, dengan ikut audisi, bergaya, bernyanyi, dan bantuan sms dari pemirsa TV, ditambah sedikit keberuntungan, mereka akan langsung tenar dan menjadi juara.
Padahal seharusnya, remaja dan anak diberi stimulus proses berpikir dengan porsi lebih besar. Seperti melalui lomba matematika, fisika, karya ilmiah atau lomba-lomba penelitian lainnya.
Dalam pencarian bakat, semestinya dilakukan dengan proses alami. Karena, dengan proses yang terlalu singkat atau pendek, akan sulit untuk menilai keberhasilan yang sebenarnya. Anak yang berhasil dengan proses ini, biasanya akan cepat putus asa, cengeng dan bermental kurang kuat dalam perjalanan karis dan hidup selanjutnya.

Menurut para ahli (seperti Freeman/1963 maupun Bingham/1968), bakat merupakan suatu potensi atau kemampuan khusus dan lebih dominan yang dimiliki seseorang, yang dapat berkembang melalui proses pelatihan dan pendidikan intensif. Dengan proses ini, bakan akan menjadi sebuah kemampuan dan kecakapan nyata. Seseorang akan lebih baik prestasi dan keahliannya, jika ia mampu melakukan suatu pekerjaan sesuai bakat dan minatnya, ketimbang bidang yang tidak sesuai dengan bakatnya.
Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat seseorang. Kemampuan atau potensi individu yang dibawa sejak lahir, atau faktor bawaan, sangat menentukan pembentukan dan perkembangan bakat seseorang. Tapi faktor ini saja tidak cukup untuk memaksimalkan bakat, karena faktor lingkungan juga berperan mengembangannya.

Dalam Islam disebutkan, “Setiap bayi lahir ke dunia dalam keadaan suci bersih,” tanpa dosa dan tanpa kecakapan yang khusus. Kemudian peran lingkungan keluarga sangat menentukan pengembangannya. Lingkungan dapat berfungsi sebagai stimulus bagi berkembangnya bakat, dan bisa juga sebaliknya, menjadi penghambat perkembangan bakat.

Bakat juga tak akan berkembang optimal, apabila tidak dibarengi dengan minat yang cukup tinggi terhadap bidang yang sesuai dengan bakat tersebut. Contohnya, seseorang yang memiliki bakat cukup tinggi sebagai ahli menggambar, tapi ia tak berminat terhadap hal-hal yang berhubungan dengan menggambar, maka bakatnya itu tak akan berkembang maksimal.

Motivasi diri untuk mengekpresikan bakat, juga mempengaruhi usaha pengembangan bakat. Motivasi seseorang sangat erat kaitannya dengan usaha dan kerja keras untuk mencapai tujuan hidupnya. Selain itu, bakat seseorang juga akan berkembang pesat apabila ia memiliki nilai hidup yang berarti atau positif terhadap pengembangan bakatnya itu.

Faktor kepribadian sangat penting bagi perkembangan bakat seseorang. Seperti konsep diri, rasa percaya diri, keuletan, keteguhan dan kesabaran dalam berusaha, kesediaan untuk menerima kritik maupun saran untuk meraih cita-cita yang lebih tinggi.

Bakat akan berkembang dengan baik apabila sudah mendekati atau menginjak masa peka atau kematangannya. Tapi, tak ada kepastian kapan hitungan masa kematangan akan datang, masing-masing individu memiliki masa kematangan yang berbeda-beda.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar