Yayah Hidayah MPsi
Akhir-akhir ini, kita tengah
dicekoki banyaknya ajang pencarian bakat ala “idol-idol”an maupun lomba-lomba.
Dari lomba menyanyi, pemilihan bintang, dan sebagainya. Proses instan pencarian
bakat-bakat segar industri musik dan hiburan di tanah air ini, sering
mengesampingkan dampak dari pola yang serba instan itu.
Dengan acara seperti ini,
remaja dan anak-anak akan semakin banyak yang bercita-cita menjadi penyanyi dan
bintang sinetron. Mereka berpikir, dengan ikut audisi, bergaya, bernyanyi, dan
bantuan sms dari pemirsa TV, ditambah sedikit keberuntungan, mereka akan
langsung tenar dan menjadi juara.
Padahal seharusnya, remaja
dan anak diberi stimulus proses berpikir dengan porsi lebih besar. Seperti
melalui lomba matematika, fisika, karya ilmiah atau lomba-lomba penelitian
lainnya.
Dalam pencarian bakat,
semestinya dilakukan dengan proses alami. Karena, dengan proses yang terlalu
singkat atau pendek, akan sulit untuk menilai keberhasilan yang sebenarnya.
Anak yang berhasil dengan proses ini, biasanya akan cepat putus asa, cengeng
dan bermental kurang kuat dalam perjalanan karis dan hidup selanjutnya.
Menurut para ahli (seperti
Freeman/1963 maupun Bingham/1968), bakat merupakan suatu potensi atau kemampuan
khusus dan lebih dominan yang dimiliki seseorang, yang dapat berkembang melalui
proses pelatihan dan pendidikan intensif. Dengan proses ini, bakan akan menjadi
sebuah kemampuan dan kecakapan nyata. Seseorang akan lebih baik prestasi dan
keahliannya, jika ia mampu melakukan suatu pekerjaan sesuai bakat dan minatnya,
ketimbang bidang yang tidak sesuai dengan bakatnya.
Banyak faktor yang
mempengaruhi perkembangan bakat seseorang. Kemampuan atau potensi individu yang
dibawa sejak lahir, atau faktor bawaan, sangat menentukan pembentukan dan
perkembangan bakat seseorang. Tapi faktor ini saja tidak cukup untuk
memaksimalkan bakat, karena faktor lingkungan juga berperan mengembangannya.
Dalam Islam disebutkan,
“Setiap bayi lahir ke dunia dalam keadaan suci bersih,” tanpa dosa dan tanpa
kecakapan yang khusus. Kemudian peran lingkungan keluarga sangat menentukan
pengembangannya. Lingkungan dapat berfungsi sebagai stimulus bagi berkembangnya
bakat, dan bisa juga sebaliknya, menjadi penghambat perkembangan bakat.
Bakat juga tak akan
berkembang optimal, apabila tidak dibarengi dengan minat yang cukup tinggi
terhadap bidang yang sesuai dengan bakat tersebut. Contohnya, seseorang yang
memiliki bakat cukup tinggi sebagai ahli menggambar, tapi ia tak berminat
terhadap hal-hal yang berhubungan dengan menggambar, maka bakatnya itu tak akan
berkembang maksimal.
Motivasi diri untuk
mengekpresikan bakat, juga mempengaruhi usaha pengembangan bakat. Motivasi
seseorang sangat erat kaitannya dengan usaha dan kerja keras untuk mencapai
tujuan hidupnya. Selain itu, bakat seseorang juga akan berkembang pesat apabila
ia memiliki nilai hidup yang berarti atau positif terhadap pengembangan
bakatnya itu.
Faktor kepribadian sangat
penting bagi perkembangan bakat seseorang. Seperti konsep diri, rasa percaya
diri, keuletan, keteguhan dan kesabaran dalam berusaha, kesediaan untuk
menerima kritik maupun saran untuk meraih cita-cita yang lebih tinggi.
Bakat akan berkembang dengan
baik apabila sudah mendekati atau menginjak masa peka atau kematangannya. Tapi,
tak ada kepastian kapan hitungan masa kematangan akan datang, masing-masing
individu memiliki masa kematangan yang berbeda-beda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar