Perdagangan elektronik atau e-dagang (bahasa Inggris: Electronic commerce, juga e-commerce) adalah penyebaran, pembelian, penjualan, pemasaran barang dan jasa melalui sistem elektronik seperti internet atau televisi, www, atau jaringan komputer
lainnya. E-dagang dapat melibatkan transfer dana elektronik, pertukaran
data elektronik, sistem manajemen inventori otomatis, dan sistem
pengumpulan data otomatis.
Industri teknologi informasi melihat kegiatan e-dagang ini sebagai aplikasi dan penerapan dari e-bisnis
(e-business) yang berkaitan dengan transaksi komersial, seperti:
transfer dana secara elektronik, SCM (supply chain management),
e-pemasaran (e-marketing), atau pemasaran online (online marketing),
pemrosesan transaksi online (online transaction processing), pertukaran data elektronik (electronic data interchange /EDI), dll.
E-dagang atau e-commerce merupakan bagian dari e-business, di mana
cakupan e-business lebih luas, tidak hanya sekedar perniagaan tetapi
mencakup juga pengkolaborasian mitra bisnis, pelayanan nasabah, lowongan
pekerjaan dll. Selain teknologi jaringan www, e-dagang juga memerlukan
teknologi basisdata atau pangkalan data (databases), e-surat atau surat elektronik
(e-mail), dan bentuk teknologi non komputer yang lain seperti halnya
sistem pengiriman barang, dan alat pembayaran untuk e-dagang ini.
E-dagang pertama kali diperkenalkan pada tahun 1994 pada saat pertama
kali banner-elektronik dipakai untuk tujuan promosi dan periklanan di
suatu halaman-web (website). Menurut Riset Forrester, perdagangan elektronik menghasilkan penjualan seharga AS$12,2 milyar pada 2003. Menurut laporan yang lain pada bulan oktober 2006 yang lalu, pendapatan ritel online yang bersifat non-travel di Amerika Serikat diramalkan akan mencapai seperempat trilyun dolar US pada tahun 2011.
Sabtu, 26 Januari 2013
E-Banking
Apa itu Internet Banking ?
Internet banking ya … layanan perbankan melalui internetLebih jelasnya adalah dengan menggunakan komputer kita yang terhubung ke internet untuk digunkan sebagai sarana untuk melakukan aktifitas perbankan seperti informasi saldo, informasi rekening (seperti melihat buku), tranfers dana dan pembayaran-pembayaran.
Internet banking adalah salah satu layanan perbankan yang menggunakan teknologi komunikasi dan informasi seperti mobile banking ( transaksi menggunakan handpone, spt atm), sms banking dan telepon banking.
Contoh layanan yang disediakan pada internet banking :
Transfer Dana
Transfer antar Rekening
Transfer antar Bank Domestik
Daftar Transfer Terjadwal
Pembayaran
Telkom & Telepon CDMA
Telepon GSM
Internet
Kabel TV
Kartu Kredit
Listrik
Angsuran
Asuransi
Pendidikan
Airlines
Autodebit
Lain-lain
Pembelian
Pulsa Telepon CDMA
Pulsa Telepon GSM
Tiket
Penempatan Deposito Berjangka
Informasi Rekening & Kartu Kredit
Rek. Tabungan & GIRO
Posisi Saldo
Histori Transaksi
Daftar Rekening
Rek. Deposito
Rek. Pinjaman
Informasi Kartu Visa
Fasilitas Layanan
Status Cek
Layanan Notifikasi SMS
Informasi Suku Bunga
Informasi Kurs
Pertanyaan berikutnya adalah AMAN kah?
Sementara ini saya menganggap aman, karena sistem kerjanya begini. Untuk sekedar transaksi yang bersifat informatif (tidak ada pengurangan saldo) maka cukup kita menggunkan password untuk masuk. Tetapi untuk transaksi yang sifatnya memindahkan/mengurangi saldo kita diminta untuk memasukan pin yang dihasilkan oleh suatu alat kecil sperti kalkulator yang biasa disebut token atau pin. Alat ini akan mengeluarkan deretan angka (biasanya 6 digit) yang hanya identik dengan rekening kita. Jadi token lain tidak mungkin bisa digunakan pada rekening kita.
Bahasa sederhananya menggunakan logika umum saja… kalo sistem ini telah dipakai dibanyak bank baik dalam atau luar negeri maka tentu sudah diuji dan dibuktikan ketangguhannya. Hehehehe
Salah satu tips kalo masih ragu-ragu adalah buatlah rekening dengan saldo nilai yang cukup untuk transaksi sehari.
Kalau mau informasi lebih silahkan dibaca/download manual/demo dari penyedia jasa internet banking dan salah 2 nya adalah bank mandiri dan bank bca (yang aku punya hehehehe)
http://www.bankmandiri.co.id/demo/ib.htm
http://www.klikbca.com/demo/swf/loginawal00.html
sebagai tambahan untuk BCA juga menyediakan layanan untuk perusahaan (aku belum mencoba kalau yang ini hehehehe)
Ok sementara itu dulu… selamat berinternet banking
Langkah Awal Memulai Bisnis
AR Junaedi
Pengelola bisnis ritel busana
dan transportasi internasional, tinggal di Jakarta.
Suatu ketika, Ria, seorang
mahasiswi tingkat akhir dan sebentar lagi lulus di salah satu universitas
ibokota, berkonsultasi kepada saya melalui blog pribadi saya. “Bapak, saya
sangat termotivasi dan ingin membuka usaha. Karena menurut saya, bidang ini
adalah yang terbaik daripada saya susah2 mencari kerja. Dari dulu, saya punya
mimpi suatu saat saya ingin menciptakan lapangan kerja untuk orang-orang di
sekitar saya. Dan jawabannya saya temukan, yaitu dengan merintis usaha. Tapi,
saya saat ini masih belum percaya diri dan punya cukup keberanian untuk
memulainya. Mengingat saya juga masih akan memulai terjun di dunia kerja.”
Senang sekali mendengar
mengakuan tulus seorang mahasiswa yang ingin memulai usaha sendiri, di kala
banyak teman-temannya justru berebut ingin menjadi karyawan. Walau memang, tak
ada yang salah dengan karyawan, tapi saat ini Indonesia justru sedang butuh
lahirnya banyak entrepreneur untuk menguatkan kemandirian bangsa ini.
Untuk menjawab pertanyaan Ria
di atas, hal apa yang harus dipersiapkan untuk merintis usaha? Jawaban simpel:
Mulai saja! Ya, mulai saja. Biasanya, kalau kita memikirkan persiapan, akan
semakin lama kita akan dapat memulai sesuatu. Bukankah kita memang paling ahli
untuk menunda dengan beribu alasan yang menurut kita masuk akal?
Karenanya, tak perlu menunggu
mental kuat untuk melangkah. Karena mental justru akan terasah ketika kita
sudah memulai dan langsung bergelut dengan usaha. Tidak perlu juga menunggu
sampai punya percaya diri (Pede). Karena Pede pun terbentuk dengan terjun
langsung di bisnis tadi.
Ada seorang sahabat sangat
ingin membuka bisnis apotik. Sudah dengan perhitungan modal untung rugi yang
matang, tanya kana-kiri pada ahli, dan sudah melihat-lihat lokasi, tapi ia
tidak juga memulai. Itu ia lakukan setahun lalu. Sekarang, apa yang terjadi?
Masih tidak ada perubahan. Karena ia tidak juga memulai usahanya dengan
berbagai alasan. Excuse. Akibatnya, tempat-tempat yang ia incar dulu untuk
lokasi apotik, sekarang sudah diisi oleh apotik orang lain. Orang yang berani
bertindak.
Seperti orang yang ingin
pergi ke Bandung, sahabat saya itu tak pernah sampai Bandung karena tidak ada
langkah pertama. Ia sibuk berecana, mencari peta, belajar mendalami Kota
Bandung. Selama ia tidak mulai melangkah, tentunya tak akan mungkin ia sampai
ke kota tujuan.
Namun, bagi yang berani
memulai perjalanan, meski tidak tahu jalan sama sekali, ia akan tetap sampai.
Dalam perjalanannya, memang bisa saja ada berbagai kendala dan hambatan. Tapi
dengan tetap konsisten berjalan dan jelasnya tujuan, ia pasti akan sampai.
Bahkan ia bisa menemukan jalan pintas. Jadi, mulailah segalanya dari yang
kecil, fokus dan tetap pada impian kita.
Motivasi Diri
Agar perjalanan kita bisa
sampai ke tujuan yang kita impikan, ada beberapa tahapan yang sering digunakan
sebagai dasar pemikiran dan kegiatan Komunitas Tangan di Atas (TDA):
Pertama, pray (berdoa).
Sebelum memulai aktivitas apapun, menghadaplah pada Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Kaya, Sang Maha Menentukan. Tundukan hati dan mintalah petunjuk-Nya, agar
pilihan-pilihan yang kita ambil makin mendekatkan pada mimpi kita dengan jalan
yang baik. Karena jalan Tuhan adalah jalan kebaikan.
Sering kali kita lupa. Kita
menghadap Allah, hanya di saat susah atau “mentok” saja. Tidak salah memang,
karena Allah pasti menerima kita dalam kondisi apapun. Namun, alangkah indahnya
bila saat kita memulai perjalanan ditemani oleh Sang Maha Kasih, yang akan akan
Menjaga dan Memberikan hasil terbaik untuk kita. Allah pasti tak akan
membiarkan hamba-Nya yang sungguh-sungguh berikhtiar tanpa balasan berlimpah.
Berdoalah, pasti akan Allah kabulkan.
Kedua, reason (alasan yang
kuat). Miliki alasan yang kuat, mengapa kita harus berhasil dalam bisnis.
Alasan yang bersifat personal. Bisa dengan menciptakan “surga” dan “neraka”.
Maksudnya, surga: mencari alasan terkuat yang bisa membuat bahagia diri kita,
ibu, bapak, saudara atau orang yang kita cintai.
Misalnya, kita ingin
memberangkatkan orangtua kita beribadah haji. Bayangkan dan rasakan kebahagiaan
wajah ibunda dan ayahanda yang bisa berangkat ke tanah suci berkat hasil kerja
keras kita. Bayangkan rasa bangga mereka melihat keberhasilan bisnis kita, yang
bisa mengantarkan mereka menunaikan kewajiban sebagai muslim itu.
Atau banyak alasan lainnya
untuk menciptakan “surga”. Seperti yang keinginan menciptakan lapangan kerja
bagi banyak orang, seperti yang diinginkan Ria di atas. Bayangkan itu sudah
terjadi, dan rasakan kebahagiaan karyawan kita ketika bekerja dan menerima
penghasilan dari lapangan kerja ciptaan kita. Semua itu tentu akan menjadi
alasan kuat yang akan mendorong kita untuk bekerja dengan segenap tenaga dan konsisten
mencapai yang kita inginkan.
”Neraka”, yaitu dengan
membuat alasan terkuat -yang juga bersifat personal-, yang bila kita tidak
berhasil, maka diri kita sendiri atau orang yang kita cintai akan menderita.
Beberapa waktu lalu, ketika
saya berkunjung ke rumah sakit, ada sebuah keluarga yang sedang berkumpul,
merundingkan apakah ayah mereka yang sedang sakit berat akan tetap masuk ruang
ICU dengan biaya mahal, atau dibawa pulang saja dengan resiko fatal, karena
ketiadaan biaya.
Tentu kita tak ingin hal itu
terjadi pada keluarga kita. Kita pasti ingin memberi perawatan terbaik untuk
orang yang kita cintai. Keadaan sulit bagaikan neraka seperti itu, bisa menjadi
alasan sangat kuat mengapa kita harus berhasil.
Jadi, cobalah mencari tahu:
What is your self emosional burning desire to make you consistance in action?
Apa landasan emosional diri Anda yang akan membangun keinginan untuk membuat
Anda konsisten melakukan sesuatu. Dengan alasan yang bersifat personal dengan
melibatkan emosi diri, kita akan lebih bersungguh-sungguh, ketimbang alasan
yang bukan dari dalam diri.
Ketiga, belief (sikap
mental). Keyakinan yang tertanam dalam diri kita, akan menentukan pola pikir
dan membentuk karakter diri dalam merespons setiap hal yang terjadi.
Belief sudah tertanam dalam diri
kita sedari kecil. Keyakinan yang keliru, yang bisa saja sudah melekat dalam
diri kita, akan menghambat kemampuan kita yang sebenarnya luar biasa. Contoh,
ada orangtua lebih bangga anaknya setelah lulus kuliah, mendapat pekerjaan di
perusahaan besar. Atau menjadi pegawai negeri ketimbang menjadi wiraswasta.
Belief seperti ini, akan
membuat pola pikir kita mengarahkan kita untuk mengesankan, bahwa wiraswasta
bukan hal yang bisa menjadi jalan kesuksesan kita. Menjadi pengusaha,
digambarkan bagai sesuatu yang sulit. Banyak resiko. Bidang itu hanya spesial
untuk orang yang punya darah pengusaha. Dan berbagai keyakinan lain yang
sebenarnya masih perlu dibuktikan kebenarannya.
Belief seperti ini bisa
gantikan dengan keyakinan yang baru. Caranya, dengan membuka lagi wawasan kita
dengan bergaul bersama orang sukses. Atau lakukan ATM (Amati, Tiru, lalu
Modifikasi) jejak rekam kesuksesan para pengusaha. Nantinya, belief yang
menghambat di atas, akan tergantikan dengan belief yang membangun.
Disamping itu, kita perlu
mereset ulang keyakinan, dan kembali meyakini bahwa kita bisa sukses. Memang,
ada kemungkinan kita untuk gagal. Tapi mengapa kita tidak berfokus pada
kemungkinan kita akan berhasil?
Thought become thing. Apa
yang Anda pikirkan akan menjadi kenyataan. Apa yang Anda yakini: Anda bisa atau
Anda tidak bisa, adalah benar.
Memulai Usaha Dengan Mimpi
Islahuddin
Suasana penuh keakraban
terlihat pada acara launching Young Enterpreneurshiop Start Up (YES) Club
Jakarta, Maret lalu di gedung Design Center Jakarta. Walau acara itu baru
digelar di hari pertama, para peserta yang berjumlah sekitar 25 orang nampak
akrab berinteraksi. Sesi terakhir yang banyak diisi tanya-jawab, pun menjadi
ajang yang sangat meriah. Pada sesi itu, masing-masing peserta diberi waktu
melontarkan usaha yang telah mereka rintis, dan cita-cita mereka sebelumnya.
Suasana seperti ini sangat
disyukuri Direktur YES Club Jakarta, Himawan Adibowo. “Yes Club belum berumur
satu hari, tapi rupanya sudah terbentuk kerja sama bisnis di dalamnya,” ujar
Himawan sambil tersenyum.
Dari peserta yang sebagian
besar merupakan mahasiswa itu, tak satupun mempunyai usaha berskala besar. Bisa
dibilang rata-rata hanya bermodalkan nekat. Azuz Saputra misalnya, mahasiswa
semester enam Jurusan Manajemen di School of Bussines and Management (STIEKPI),
selain mau belajar, ia juga harus menjauhkan gengsi untuk memulai dan menggeluti
usahanya.
Saat ini, bersama seorang
rekannya, Azuz sukses menjadi distributor kentang goreng kemasan di areal
kampusnya. Menurut Azuz, sudah bukan saatnya lagi masyarakat menilai suatu
pekerjaan itu bergengsi atau tidak. Karena yang terpenting adalah bagaimana
bisa terus berusaha dan menghasilkan uang sendiri.
Memang diakuinya, bahwa usaha
yang ia jalani sejak tiga bulan lalu itu sangat kecil. Hanya bermodal awal 80
ribu rupiah yang ia belanjakan untuk membeli 40 bungkus kentang goreng kemasan,
saat itu ia sanggup menjualnya habis dalam tempo empat hari. Kini, setiap bulan
Azuz minimal mampu mengantongi laba 800 ribu rupiah.
Jumlah rupiahnya memang
kecil, tapi bagi Azuz yang penting adalah bagaimana menumbuhkan keberanian
untuk berusaha, dan memutus ketergantungan pada orangtua. Ia berharap,
pengalaman menjadi distributor kecil-kecilan ini menjadi modal untuknya kelak
menjalani bisnis yang lebih besar.
Tidak Memilih Rezeki
Dari cerita dan pengakuan
yang dipaparkan para peserta Yes Club, terbukti bahwa modal nekat, tahan malu,
dan berkhayal, telah banyak mengantarkan para pengusaha untuk memapak sukses
dari nol.
Farry Iskandar juga
membuktikannya. Sebelum menjadi pengusaha alat-alat petualangan yang dipasarkan
secara online, Ferry bekerja sebagai karyawan di sebuah lembaga swadaya
masyarakat (LSM). Walau gaji tak besar, bekerja di LSM membuat Ferry nyaman
mendapat penghasilan tetap.
Suatu ketika, Ferry
memutuskan berhenti menjadi karyawan dan memilih membuka usaha sendiri.
Keputusan itu tentu disayangkan banyak rekan dan kerabatnya. Apalagi di masa
awal usaha, Ferry sering menggelar dagangan di emperan jalan sekitar kampus
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta setiap Minggu pagi.
Belum lagi tekanan mental
yang harus dirasakan Ferry akibat anggapan miring masyarakat yang menilai
bekerja di kantor lebih terhormat daripada berdagang di emperan jalan. “Masa
awal memulai usaha sangat menyedihkan. Banyak yang menganggap pekerjaan ini sebelah
mata,” ujar Ferry.
Pada 2004, bermodal uang
delapan juta rupiah di tangan, Ferry jalankan usaha dengan keyakinan bahwa
itulah satu-satunya pilihan terbaik untuk meningkatkan penghasilan dirinya.
Apalagi saat itu ia sudah ingin berumahtangga, yang ia sadari, kelak tentunya
ia butuh penghasilan lebih tiap bulannya untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
Tak keliru Ferry memilih
jalan hidupnya. Saat ini terbukti ia bisa menikmati limpahan keuntungan hasil
usaha dan buah strategi dirinya untuk terus berjuang dan tak memilih-milih
rezeki. Meski banyak perusahaan besar yang bergerak di bidang yang sama, namun
Ferry tak gentar. Karena mereka jarang melayani partai eceran, apalagi via
online seperti yang ia lakukan.
Kini usahanya perlahan
berkembang, tak kenal lelah ia terus berupaya membesarkannya lagi. ”Sampai
sekarang, saya masih terus berjuang menggapai mimpi yang besar,” tandas Farry.
Usaha Tiada Henti
Kisah serupa namun tidak sama
juga dialami Edi Kurniawan, mantan karyawan sebuah perusahaan otomotif di
wilayah Tangerang. Suatu ketika, komunitas Tangan di Atas (TDA) menggelar
kegiatan magang yang disebut TDA Apprentice.
Walau kegiatan magang
berskala tiga bulan itu tidak memberinya gaji ataupun uang transport, namun
berkat keinginan untuk belajar dan menggali ilmu menjadi pengusaha, Edi berani
memutuskan untuk meninggalkan kemapanan hidup sebagai karyawan.
Saat itu peserta magang
berjumlah sepuluh orang, yang ditempatkan di stan milik Haji Alay di kawasan
grosir Tanah Abang, Jakarta Pusat. Namun hanya dua orang yang sanggup
mengikutinya sampai akhir, salah satunya adalah Edi. Selama magang, Edi
memperhatikan adanya celah menjanjikan dari prospek bisnis online. Maka selepas
magang, ia memilih usaha jual beli pakaian bayi usia tiga tahuan ke bawah
secara online. Dan pengetahuan tentang dunia garmen yang ia dapat selama
magang, sangat membantu perkembangan usahanya.
Edi memiliki alasan kuat
mengapa ia bersikeras beralih profesi menjadi pengusaha. Karena ia sangat
yakin, bahwa dunia usaha tak ada matinya, selama orang mau berusaha. Keyakinan
itu semakin besar ketika Haji Alay, yang merupakan saudagar sukses di Tanah
Abang, memotivasinya. Haji Alay sering menekankan, bahwa uang berserakan di
mana-mana, dan terus berputar selama 24 jam. Dengan sepuluh tangan sekalipun, kita
tak akan sanggup memunguti semua serakan itu, kecuali kita mengetahui caranya.
Jerih payah yang dimulai
sejak dua tahun itu kini telah menuangkan hasil. Selain bergerak di bisnis
online, Edi juga telah mempunyai dua buah toko di Gedung Jakarta City Center
(JaCC). Omset rata-rata perbulan yang ia dapat bisa mencapai 100 juta rupiah,
dengan 70-80% berasal dari penjualan online.
Menurut Edi, dua tahun
bukanlah waktu yang lama. Namun selama itulah kemampuan seseorang untuk
bertahan dalam berusaha ditentukan. Salah perhitungan memang sempat dirasakan
Edi, namun itu ia jadikan sebagai ilmu yang tak ternilai, yang ia jaga agar
tidak kembali terulang di masa mendatang.
Belajar dari Mimpi
Sementara itu, Atik Wahyu
Naryati pengusaha budidaya jamur, kini telah menuai hasil jerih payahnya. Atik
yang memulai usaha di akhir 2005 lalu, pada pertengahan 2006 saja sudah menuai
hasil yang cukup signifikan, dan usahanya berkembang kian stabil. Bermodal awal
hanya enam juta rupiah di tangan, kini setiap bulan Atik menuai sekitar 5-10
juta rupiah keuntungan.
Di bawah bendera CV Fanindo
Multi Farm, berbagai jenis jamur kini ia budidayakan. Agar bisa diedarkan ke
berbagai tempat dengan mudah, ia kemas bahan dagangannya dalam bentuk jamur
kering. Karena keberhasilannya itu, banyak orang dari berbagai daerah datang
kepadanya untuk belajar. Dengan tangan terbuka Atik menerimanya.
Kisah sukses juga ditorehkan
Masbukhin and Nuni. Pasangan harmonis lulusan Universitas Brawijaya Malang ini,
memulai bisnis telepon seluler sejak 2003 lalu. Mereka berdua mendobrak
kemapanan tradisi para sarjana yang biasanya lebih memilih berpakaian necis dan
menjadi karyawan kantoran.
Masbukhin and Nuni kini
sukses memiliki beberapa outlet grosir di Pulogadung Trade Center dan
tempat-tempat lain di Jakarta. Seluruhnya tergabung di bawah payung PT Prima
Prada Cellular (PCC) yang mereka dirikan.
Bermodal mimpi ingin menjadi
sukses, awalnya mungkin banyak dicemooh orang sekitar. Namun jika ingin menjadi
pengusaha sukses, modal nekat merupakan salah satu hal yang harus dimiliki.
Hal ini sangat tegas diakui
pengusaha sukses Martha Tilaar. Jatuh bangun usaha yang dilakukan ikon
kecantikan Indonesia sejak awal dekade 70-an itu, kini terlihat hasilnya.
Usahanya terus menggurita. “Jika ingin menjadi pengusaha, kita harus berani
untuk nekat, dan menggantungkan mimpi setinggi langit,” tegas Martha.
Mewujudkan Pikiran Gila
RHR Dodi Sarjana
Pemimpin Redaksi Tribun
Pekanbaru
STEREOTIP. Istilah ini tentu
tak asing lagi di telinga kita. Kepercayaan bahwa seluruh anggota kelompok
tertentu memiliki sejumlah karakteristik yang sama, dianggap sebangun dan
homogen, sudah sejak lampau diyakini banyak orang.
Di kalangan orang asing
misalnya, dalam kajian psiko-sosial ada semacam konsensus bahwa orang Jerman
pandai di bidang teknik, sementara orang Irlandia agak tumpul pemikirannya, dan
semua wanitanya emosional. Orang Perancis sangat romatis, sedang orang Negro
kurang bertangungjawab. Itulah contoh stereotip.
Siapapun dan apapun yang
keluar dari stereotip, dianggap aneh dan nyleneh. Ia menjadi tidak umum dan
cenderung dihindari banyak orang. Dari sinilah, awal manusia terjebak dalam
prasangka-prasangka buruk terhadap apa saja.
Dalam perspektif social
cognition, pakar psikologi sosial Russell Spears menyebutkan, manusia
berhadapan dengan realitas sosial yang kompleks, sehingga memiliki
kecenderungan membagi sesuatu dalam kategorisasi atau kelompok untuk
menyederhanakan persoalan.
Stereotip mendorong manusia
menjadi pelit dan malas berpikir, sehingga beresiko banyak menuai kesalahan
dalam penyimpulan. Namun stereotip tetap dipakai karena menghemat energi.
Sungguh ini pendapat yang menyesatkan.
Dalam bisnis, kecenderungan
stereotipisasi juga membudaya. Orang maunya sesuai pakem saja. Asumsi-asumsi
menggiring pebisnis pada pemahaman bahwa informasi, kegiatan bisnis yang
stereotip selama ini, dianggap lebih cepat diproses dan direspon pasar.
Benarkah demikian?
Kita semua pasti mengenal
baik nama Tirto Utomo dengan bisnis Aqua-nya atau Sosro dengan teh botolnya.
Bisnis mereka, pada awalnya diangap bisnis gila karena menyimpang dari
stereotip. Di luar kebiasaan, mereka membisniskan barang yang umum, tapi tak
umum. Tapi siapa sangka, air yang melimpah ruah di alam semesta menjadi
“semahal” emas. Teh yang biasanya diminum tak lama setelah diseduh, menjadi nikmat
disimpan berlama-lama di botol.
Konon, perilaku Tirto dan
Sosro pernah dianggap lelucon bisnis yang absurd. Namun kini, orang
berduyun-duyun mengikutinya. Dan ketika orang mengalami euphoria, barangkali
kedua orang perintis itu sudah lari lagi dengan konsep gilanya yang lain.
Contoh ide gila yang lain
adalah larutan penyegar Cap Kaki Tiga. Produk yang berisi semacam air ini juga
terbilang absurd. Tapi lihatlah “khasiatnya”, ia mampu mengusir panas dalam.
Buntutnya, kemasan air itu juga laris bak kacang goreng.
Psikolog dunia Sigmund Freud
dengan teori psikoanalisanya mengemukakan, dalam diri setiap manusia sebenarnya
terdapat syaraf-syaraf impulsif yang mendorong manusia untuk berbuat dan
beraktivitas. Dorongan kuat syaraf ini bisa membuat manusia ‘gila’ dan
mewujudkan aktivitasnya dengan amat sangat inovatif plus kreatif.
Selama ini perjalanan waktu
telah membuktikan bahwa bisnis “orgil” (baca: orang-orang dengan ide gila)
tahan segala cuaca. Tak tergerus krisis, pasar bebas dan reaganisme. Ia tak
takut apapun, karena punya banyak amunisi inovasi untuk ditembakkan menjawab
perubahan zaman.
Menyiasati perubahan tren
kehidupan dan tren bisnis, tak cukup hanya dengan pakem yang ada. Atau hanya
mengandalkan jalinan stereotipisasi yang sudah mapan. Perlu menggali sesuatu
yang lain, yang selama ini luput dari perhatian orang. Apa kira-kira itu?
Berpikirlah “gila” supaya ide gila seperti milik Tirto, Sosro dan Kaki Tiga
bisa lahir.
Menciptakan sesuatu yang
berbeda dan baru, selalu mampu membuat orang terhenyak untuk melirik dan
mencoba produk kita, ketimbang melakukan “penyeragaman” dengan maksud mengekor
sukses produk yang suda ada.
Pemimpin Perusahaan Yang Tangguh
Muhammad Subair
Pengusaha Muslim, Pemilik
Guyub Teknologi Nusantara
Semua pekerjaan, besar maupun
kecil, harus dilakukan oleh orang yang tepat. Istilah populernya, right man in
the right place. Rasulullah SAW beberapa abad yang lampau telah mengingatkan, “Jika
suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya (tidak memiliki
kapasitas untuk mengembannya), maka tunggulah saat kehancurannya.” (HR
al-Bukhari)
Pemimpin memegang kendali
terhadap apa yang dipimpinnya. Dan di tangan pemimpin, masa depan perusahaan
dan seluruh stake holdernya ditentutan. Seorang pemimpin perusahaan yang ideal,
harus mempunyai kapabilitas dan profesionalitas.
Dan sudah begitu banyak buku
manajemen maupun psikologi karya para ahli, mencoba merumuskan karakteristik
pemimpin perusahaan yang tangguh dan efektif. Dalam buku The 7 Habits of Highly
Effective Person (1989), Stephen R Covey menguraikan beberapa kriteria pemimpin
organisasi yang efektif. Yaitu:
Pertama, mau terus belajar.
Pemimpin harus menganggap seluruh hidupnya sebagai rangkaian dari proses
belajar yang tiada henti untuk mengembangkan pengetahuan dan wawasannya.
Kedua, berorientasi pada
pelayanan. Pemimpin yang baik, akan melihat kehidupannya sebagai misi, bukan
karir. Ukuran keberhasilannya adalah bagaimana ia bisa menolong dan melayani
orang lain. Karena dasar kepemimpinannya adalah kesediaan untuk memikul beban
orang lain.
Ketiga, memberikan energi
positif. Energi yang dipancarkan ini akan mempengaruhi orang-orang di
sekitarnya. Sehingga pemimpin berkarakter ini dapat tampil sebagai juru damai
dan penengah, untuk menghadapi dan membalikkan energi destruktif menjadi
positif.
Keempat, mempercayai orang
lain. Dengan mempercayai orang lain, maka pemimpin dapat menggali dan menemukan
kemampuan tersembunyi dari pekerjanya.
Kelima, memiliki keseimbangan
hidup. Pemimpin efektif merupakan pribadi seimbang, tidak berlebihan, mampu
menguasai diri, bijak, tidak gila kerja dan menjadi budak rencana-rencana
sendiri.
Keenam, jujur pada diri
sendiri. Sikap ini ditunjukkan dengan sikap mau mengakui kesalahan dan melihat
keberhasilan, sebagai hal yang berjalan berdampingan dengan kegagalan.
Ketujuh, mau melihat hidup
sebagai sesuatu yang baru. Pemimpin seperti ini akan memiliki kehendak,
inisiatif, kreatif, dinamis dan cerdik bersikap.
Kedelapan, memegang teguh
prinsip. Ia tak akan mudah dipengaruhi, namun untuk hal-hal tertentu ia dapat
bersifat luwes penuh harus kompromi.
Kesembilan, sinergistik.
Pemimpin harus menjadi katalis perubahan. Sehingga setiap situasi yang
dimasukinya, selalu diupayakan menjadi lebih baik. Karena ia selalu produktif
dalam cara-cara baru dan kreatif.
Kesepuluh, selalu
memperbaharui diri. Pemimpin harus bersedia secara teratur melatih empat
dimensi kepribadian manusia. Yaitu fisik, mental, emosi, dan spiritual, untuk
memperbarui diri secara bertahap.
Sedangkan Warren Bennis
(Managing People is like Herding Cats, 1997) mensyaratkan beberapa
karakteristik sebagai pemimpin perusahaan yang tangguh:
Pertama, pengenalan diri.
Pemimpin yang tangguh pasti mampu mengenal kelebihan dan kekurangan diri
sendiri. Ia akan sering menggunakan jasa pihak lain untuk memberi masukan dan
pemahaman atas kepribadiannya. Dengan bekal pemahaman atas dirinya, ia dapat
bergerak maju memperbaiki kekurangan, dan melesat jauh bersama kelebihannya.
Kedua, terbuka terhadap umpan
balik. Pemimpin yang efektif akan mengembangkan sumber-sumber umpan balik yang
bervariasi dan berharga mengenai perilaku dan kinerja dirinya. Ia cenderung
memiliki gaya yang terbuka. Dalam proses pembelajaran itu, ia akan menjadi
sangat reflektif terhadap apa yang dikerjakannya, kendati itu dapat membuat
dirinya rawan terhadap kritik.
Ketiga, pengambil resiko yang
selalu ingin tahu. Kebanyakan pemimpin adalah petualang, pengambil risiko, dan
selalu ingin tahu, bahkan sangat ingin tahu. Mereka tampak mampu mengambil
resiko sangat besar dan membiasakan dirinya selalu terlibat dalam situasi
berbahaya. Hampir selalu terjadi, para pemimpin besar mengalami kemunduran,
krisis, atau kegagalan dalam kehidupan mereka.
Keempat, konsentrasi pada
pekerjaan. Pemimpin yang tangguh adalah orang yang walau berkemampuan kecil
dalam hubungan antarpribadi, tapi memiliki tingkat konsentrasi yang luar biasa.
Matanya tajam fokus pada pekerjaan, perusahaan, sasaran-sasaran, dan
misi-misinya.
Kelima, menyeimbangkan
tradisi dengan perubahan. Alfred North Whitehead pernah mengatakan, pemimpin
efektif harus memiliki keterikatan, baik dengan budaya maupun kebutuhan
perbaikan dan perubahan.
Keenam, bertindak sebagai
model dan mentor. Pemimpin yang tangguh akan bangga menjadi mentor, dan merasa
menang ketika berhasil melahirkan pemimpin-pemimpin baru. Ia akan menghargai
kemenangan itu dengan menjadikan seluruh periode kehidupan sebagai proses
belajar, dan memanfaatkan semua pengalaman secara didaktik.
Selain dua rumusan
karakteristik di atas, masih banyak lagi rumusan ciri dan karakteristik
pemimpin perusahaan yang tangguh dan efektif. Enterprising Nation (1995)
mensyaratkan untuk menjadi pemimpin perusahaan yang tangguh harus memiliki
delapan kompetensi. Yaitu: people skills, strategic thinker, visionary,
flexible and adaptable to change, self-management, team player, ability to
solve complex problem and make decisions, dan ethical/high personal standards.
Sedangkan American Management
Association (Eighteen Manager Competencies, 1998) menuliskan 18 kompetensi yang
harus dimiliki manajer tangguh. Yaitu: efficiency orientation, proactivity,
concern with impact, diagnostic use of concepts, use of unilateral power,
developing others, spontaneity, accurate self-assessment, self-control, stamina
and adaptability, perceptual objectivity, positive regard, managing group
process, use of sosialized power, self-confidence, conceptualization, logical
thought, dan use of oral presentation.
Prinsip Kriteria Islam
Target konsep-konsep modern
di atas, terlihat hanya untuk mendapatkan keuntungan dunia. Sementara Islam
telah memberi solusi lebih dari itu, agar yang kita kerjakan juga dapat
menghasilkan keuntungan akhirat, di samping dunia.
Sebagai agama yang
komprehensif dan lengkap mengatur segala aspek kehidupan manusia, Islam
memiliki prinsip-prinsip mendasar yang secara khusus mengatur penjabaran visi,
misi, kewajiban, fungsi, tugas, wewenang, tanggung jawab manusia di muka bumi.
Tak terkecuali dalam memimpin perusahaan.
Setiap pribadi yang mendapat
amanah sebagai pemimpin, harus mampu terus memegang prinsip-prinsip Islam (Qs.
al-Baqarah [2]: 208). Dan Islam telah memberikan konsep dan prinsip yang
lengkap dan sempurna untuk membentuk pemimpin yang ideal. Yaitu:
Pertama, prinsip ibadah.
Seorang pemimpin pada hakikatnya adalah makhluk ciptaan Allah SWT. Maka sudah
seharusnya seluruh amal perbuatannya didasarkan pada tujuan utama ikhlas
mencari ridha-Nya (Qs. adz-Dzâriyat [51]: 56, dan an-Nisâ` [4]: 36).
Kedua, prinsip amanah.
Pemimpin yang mengaku beriman dan Islam, harus menjalankan dua jenis amanah
yang dibebankan kepadanya. Yaitu amanah dari Allah dan Rasul-Nya, berupa
kewajiban untuk menjalankan segala perintah Allah dan Rasul-Nya, serta menjauhi
segala larangan Allah dan Rasul-Nya. Serta amanah dari manusia, yang meliputi
berbagai hal yang menyangkut hajat hidup manusia sehari-hari. Baik dalam urusan
pribadi, maupun urusan bersama.
Setiap individu yang mendapat
amanah dari manusia untuk memimpin, mendapat beban amanah untuk mengurus,
mengatur, memelihara dan melaksanakan kewajiban itu secara baik dan benar (Qs.
al-Anfâl [8]: 27-28, dan ayat-ayat lainnya yang bermakna sama).
Ketiga, prinspip ilmu dan
profesionalitas. Prinsip ilmu maksudnya semua pekerjaan harus dilakukan
berdasarkan ilmu pengetahuan (Qs. al-Isrâ` [17]: 36). Imam Syafi’i mengatakan,
“Barangsiapa yang menginginkan dunia, maka hendaklah dengan ilmu. Barangsiapa
menginginkan akhirat, maka hendaklah dengan ilmu. Dan barangsiapa menginginkan
kedua-duanya, maka hendaklah dengan ilmu.” (Al-Majmû’ Imam an-Nawawi).
Keempat, prinsip keadilan.
Allah Maha Adil dan sangat mencintai keadilan. Dia telah banyak emberi perintah
manusia untuk berbuat adil (seperti Qs. an-Nisâ` [4]: 135, dan al-A’râf [7]:
29).
Kelima, prinsip etos kerja/kedisiplinan.
Islam adalah agama yang mengajarkan kerja keras dan usaha, di samping berdoa.
Karena Allah tak akan merubah suatu kaum, selain mereka merubahnya sendiri (Qs.
al-Anfâl [7]: 53). Manusia juga diperintahkan untuk mencari karunia Allah (Qs.
al-Jumu’ah [62]: 10). Lalu diperintahkan untuk tidak pasrah (Qs. al-Qashash
[28]: 77).
Keenam, prinsip
akhlaqul-karîmah, seperti diteladankan Rasulullah (Qs. al-Qalam [68]: 4). Allah
telah menyampaikan, jika manusia ingin memperoleh kebaikan di dunia dan akhirat
agar mencontoh dan meneladani akhlak beliau (Qs. al-Ahzâb [33]: 21).
Bahan Bacaan:
Stephen R Covey, The 7 Habits
of Highly Effective Person, 1989
Warren Bennis, Managing
People is like Herding Cats, 1997
American Management
Association, Eighteen Manager Competencies, 1998
Langganan:
Postingan (Atom)